Home » » Cari Referensi Tentang Aceh, Hasan Tiro Sering ke Belanda

Cari Referensi Tentang Aceh, Hasan Tiro Sering ke Belanda

Written By pikirankita on Thursday 24 March 2016 | 15:01

PIKIRANKITA.COM - Naik ke tingkat dua museum, dari anak tangga sudah terdengar rekaman suara pidato Soekarno dari sebuah tape recorder yang diulang-ulang. Ada foto yang hitam putih bergambar tulisan spanduk masa zaman Soekarno berpidato ”Amerika Kita Setrika – Inggris Kita Linggis”.

Disebelahnya, layar tancap mini memperlihatkan kapal laut tentara Belanda berlabuh, dentuman meriam mengiringinya seakan mengajak pengunjung larut dalam masa lampau, layaknya fragmen sandiwara, persis seperti sebuah film dokumenter.

Tidak jauh dari situ, terdapat beberapa pintu sekatan kecil layaknya labirin. Di setiap bilik, masing-masing ada meja kecil yang dipenuhi barang peninggalan yang dibungkus dengan kaca. Masih dilantai yang sama, penulis berjalan perlahan mengamati setiap inci bangunan sambil memotret layaknya turis.

Kembali tanpa di undang, seorang pria bule berbahasa Melayu menghampiri kami sambil bersalaman hangat sambil menawarkan sebagai pemandu.

“Apa kabar, saya tahu kalian dari Aceh, pasti ingin melihat dokumen peninggalan sejarah Aceh kan?” ujar bule rambut putih tersebut yang bercampur dengan logat Belanda.

Dari percakapan basa basinya, dia mengetahui kami dari penjaga museum di lantai bawah. Orang tuanya sebagai tentara KNIL yang ditugaskan di Sumatra sehingga dia sendiri kelahiran Minang. Meskipun pertama sekali berjumpa orangnya sangat ramah.

“Mari ikut saya sekarang, tapi terlebih dahulu jangan marah ya…..jangan marah ya” ujarnya berkali-kali mengingatkan.

museum bronbeek

Ternyata, ada sebuah kamar yang khusus memperlihatkan foto dan barang perang Aceh yang dirampas oleh Belanda seperti rencong, pedang, senapan kuno, balai mini, pakaian adat lengkap, buku hikayat prang sabi, foto hitam putih suasana perang, foto sadis gelimpangan ribuan mayat hasil pembantaian di Kuta Reh, hingga sebuah sampul buku karikatur Van Daalen sedang menunggang kuda putih berlatar belakang barisan tengkorak.

Van Daalen saat itu menjabat gubernur militer yang memerintahkan untuk membantai ribuan orang di Kuta Reh pada 14 Juni 1904. Di atas lemari kaca yang transparan terdapat beberapa patung jenderal militer yang pernah bertugas di Aceh. Uniknya, patung tersebut hanya kepala hingga kebahu saja yang tampak, namun didadanya penuh dengan bintang jasa.

Dalam perjumpaan dengan pemandu sukarela itu, katanya Hasan Tiro acap kali ke museum ini dulu untuk mencari dokumen perang Aceh – Belanda sebagai referensi tulisannya, bahkan dia ikut membantu menjadi pemandu museum gratis.

Saya yakin, siapa pun yang berkunjung ke museum Bronbeek itu akan menambah rasa cinta nasionalisme keacehannya karena fakta sejarah hitam diatas putih ada di depan mata. Begitu juga seperti fakta lainnya yang tiada terbantahkan; ”Orang Aceh dulu tidak ke Belanda untuk berperang, tetapi Belanda-lah yang datang untuk mengobarkan perang, bahkan hingga saat ini maklumat perang tersebut tidak pernah dicabutnya”.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PIKIRANKITA.COM | MERAWAT ACEH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Shared by Vice Blogger | Proudly powered by Blogger