Pikirankita.com - Aceh salah satu wilayah di Indonesia yang menyimpan banyak sejarah. Beberapa di antaranya, peninggalan masa kerajaan, pusat perdagangan maritim, hingga tragedi tsunami yang terjadi pada 2004 lalu.
Banyaknya cerita yang ada di kota Serambi Mekah membuatnya menarik untuk dikunjungi. Terutama bagi Anda yang menyukai sesuatu yang berbau sejarah.
Masjid Raya Baiturrahman
Anda tentu masih ingat bagaimana dahsyatnya tsunami memporakporandakan Aceh tahun 2004 silam. Hampir semua bangunan hancur, namun masjid Baiturrahman tetap selamat dan utuh, meski mengalami kerusakan di beberapa bagian.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan ikon kota Banda Aceh. Terletak di Jalan Masjid Raya Baiturrahman, masjid ini memiliki menara setinggi 35 meter dan dihiasi 7 buah kubah. Arsitektur bangunan masjid ini banyak ditiru oleh masjid lain di Indonesia sampai ke Semenanjung Malaysia.
Mengenai sejarahnya, ada dua versi cerita mengenai pembangunan Masjid Raya Baiturrahman. Pertama, masjid didirikan pada 1292 M oleh Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah. Sementara itu, sumber lain menyatakan bahwa masjid ini didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612 M.
Sesuai dengan namanya, masjid merupakan tempat beribadah bagi umat muslim. Nyatanya, fungsi masjid Baiturrahman lebih dari itu. Masjid besar di Aceh ini juga dijadikan pusat pendidikan dan peradaban Islam yang setara perguruan tinggi, seperti dilansir Okezone.
Konon, masjid ini juga pernah digunakan sebagai markas dan tempat pertahanan bagi pasukan perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda. Saat tsunami 2004, masjid ini pula yang jadi tempat berlindung ribuan pengungsi.
Tahun 2015 lalu, Gubernur Provinsi Aceh, Zaini Abdullah, menyatakan akan memasang 12 unit payung elektrik di Masjid Raya Baiturrahman yang sama dengan Masjid Nabawi, Madinah.
"Payung elektrik yang nantinya akan dipasang ini bentuknya persis seperti yang ada di Masjid Nabawi," katanya pada peletakan batu pertama pengembangan landscape dan infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman, di Banda Aceh, dikutip Antara.
Pembangunan payung elektrik diharapkan akan membuat Masjid Raya Baiturrahman akan lebih indah dan nyaman bagi yang akan beribadah.
Museum Tsunami Aceh
Bangunan bersejarah di Aceh yang ke dua adalah Museum Tsunami. Museum ini merupakan bangunan yang dibuat untuk mengenang bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 2004.
Saat akan memasuki bagian dalam museum, kita dibawa menelusuri lorong-lorong sempit dan gelap, dinding-dinding yang sesekali memercikkan air, dan samar-samar akan terdengar suara rekaman perempuan menyanyikan lagu dalam bahasa Aceh.
Bentuk museum ini terlihat mirip kapal, alat transportasi yang banyak dikaitkan dengan bencana tsunami. Mengingat banyak kapal yang terdampar jauh ke pedalaman dan menyelamatkan para penumpangnya, seperti dilansir Antara.
Di bagian ujung museum, terdapat ruangan yang terang dan luas, langit-langit tembus pandang, dan ada tempat bendera-bendera bertuliskan kata damai dalam berbagai bahasa.
Orang yang merancang museum ini adalah Ridwan Kamil, yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Bandung, Jawa Barat. "Emosi saya ikut teraduk-aduk, acapkali air mata saya tertumpah saat mengerjakan rancangan museum tsunami. Buat saya Aceh sangat istimewa," kata Ridwan Kami, dikutip Metrotv.
Benteng Indra Patra
Salah satu peninggalan kerajaan Hindu di Aceh adalah Benteng Indra Patra. Benteng ini terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng ini didirikan sekitar tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya yang berkuasa di India.
Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa. Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu pertama di Aceh, seperti dilansir Detik.
Bila berkesempatan berkunjung ke Aceh, jangan lupa mampir ke benteng ini untuk melihat bangunan bersejarah secara langsung.(Beritagar.id)
