Pikirankita.com - Mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh mengapresiasi penyerahan diri Nurdin Ismail alias Din Minimi. Ia meyakini, apa yang dilakukan pimpinan kelompok bersenjata di Aceh tersebut bukanlah sebagai tindakan makar.
“Dini Minimi wujud ketidakpuasan pada kinerja pemerintah Aceh. Dia tidak anti Indonesia, dia suka Jokowi,” kata Puteh, Minggu 10 Januari 2016.
Puteh juga menyembut baik pemberian grasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo kepada Din Minimi. Ia berharap dengan pemberian itu bisa menjadi pelajaran penting bagi pemerintah di Aceh, bahwa masyarakat akar rumput tidak bisa diabaikan begitu saja.
“Ke depan tidak lagi tidak perhatikan rakyat kecil. Mereka itu akarnya (masalahnya) dari perut. Pemerintah harus belajar khususnya Aceh,” kata Puteh.
Baru-baru ini lewat fasilitasi yang dilakukan Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso, pimpinan kelompok bersenjata yang bergerilya di pedalaman hutan Aceh, Din Minimi akhirnya memilih jalur gencatan senjata.
Din Minimi, meyakini akan diberikan grasi dan penghidupan yang layak oleh pemerintah atas penyerahan dirinya. Tak kurang dari 120 anggotanya pun ikut menyerahkan diri beserta seluruh senjata apinya.
Abdullah Puteh sendiri merupakan mantan Gubernur Aceh yang memimpin negeri ini ketika Aceh masih dilanda perang.
Puteh kemudian dinyatakan terlibat korupsi. Ia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara terkait kasus pembelian helikopter MI-2 Rostov buatan Rusia pada April 2005.
Majelis hakim menilai Puteh bersalah melakukan tindak pidana korupsi karena melakukan penunjukan langsung pengadaan heli tersebut. Akibat perbuatan Puteh negara dirugikan Rp 13,875 miliar. (Media Aceh)
